Senin, 13 Agustus 2018

Adab Berkomunikasi di WhatsUp


Perkembangan komunikasi terus berjalan, dulunya mentok hanya di seputaran obrolan langsung antara wajah ke wajah. Sampai saat ini komunikasi bisa dilakukan bisa melalui telepon, sms, media sosial, dan yang paling banyak digunakan dihampir semua kalangan adalah aplikasi WA (Whatsup), sebagian besar obrolan tiap orang dilakkan melalui WA. Sayangnya, banyak oknum yang dengan mudahnya meninggalkan adab berkomunikasi, kebanyakan berdalih karena sudah menggunakan digital, dan merasa bahwa adab berkomunikasi hanya dilakukan ketika saling berhadapan langsung. Padahal, semua berada pada sejauh mana kita memahami penggunaan adab itu, dimanapun dan kapanpun. Ada beberapa hal yang dilakukan banyak orang ketika berkomunikasi menggunakan WA, yang sebenarnya tanpa sadar itu sudah masuk kategori kurang beradab;

Mematikan Tanda Baca

Iya di WA ada pengaturan yang bisa membuat tanda birunya itu tidak muncul di gadget pengirim, walau sudah kita baca sebagai penerima pesan. Jadi misalkan  isi chatnya  panjang, semua hanya akan centang dua saja, tidak ada tanda biru yang menandakan bahwa telah dibaca penerima. Itu artinya, si penerima bisa dengan bebas ingin membalas pesan atau tidak. Karena si pengirim akan mengira bahwa pesannya belum dibaca. Dan jika pengirim sudah paham trik ini, dia malah akan lebih bingung, pesannya sudah dibaca atau belum. Nah dalam dunia nyata, ini ibarat dua orang yang sedang berbicara, satu orang dengan sikap dan posisi baik, eh yang satu dengan posisi tiduran dan membelakangi lawan bicara. Sopan tidak? Ngenes kan rasanya. Kita juga akan jadi bingung, lawan bicara kita sebenarnya menyimak tidak sih, udah tidur jangan jangan, dan seandainya menjawab, ya tetap tidak sopan, apalagi kalau chat dengan orang yang lebih tua. Sama anak kecil saja Rasulullah Saw mengajarkan adab yang baik.

Status
Juga trik atau pengaturan di atas bisa membuat kita melihat status WA yang diposting oleh teman kontak kita tanpa ada pemberitahuan kepada si pembuat status, jadi nama kita tidak akan muncul di list penonton. Kelihatannya seru kan? Tapi, bagi saya, perilaku seperti ini cukup fatal. Itu sama artinya kita tukang intip. Astaghfirullah.
Jika ada yang beralasan “Tapikan dengan dia buat status itu  artinya dia sudah ikhlas statusnya dilihat siapapun”, jawabannya, iya, tapi ini lagi lagi soal adab, itulah ganasnya media sosial, jika tidak paham, kita akan menganggap semuanya tidak masalah dengan dalih “tapi kan, tapi kan, dan tapi kan lainnya”. Bukankah sebaik baik adab adalah meminta izin terhadap segala sesuatu yang dirasa didalamnya terdapat hak orang lain. Nah, dengan masuknya kita kedalam daftar yang melihat, maka itu sudah termasuk permohonan izin dari kita.
Bagaimana coba jika ada yang buat status, lalu orang tersebut berikrar dalam hati “siapapun yang melihat status saya ini tanpa pemberitahuan, wallahi saya nggak ridha, enak aja ngintip-ngintip status orang” hayo loo.

Menghapus/Menarik Pesan Tanpa Konfirmasi
Menghapus pesan sebelum dibaca tanpa meminta maaf atau memberi konfirmasi. Ya itu  bahasa formalnya, dalam prakteknya bisa disesuaikan, intinya yang begitulah ya. Harusnya ketika kita menarik pesan sebelum dibaca penerima, kita juga harus memberi konfirmasi. Misal “maaf tadi salah ketik” atau jika memang terkirim sebuah hal yang tidak perlu kita kirim, dan kita terlambat menyadari hingga memutuskan menarik pesan sebelum dibaca, tetap harus konfirmasi sekadar “Maaf ya maaf, tadi ada mau kirim sesuatu soal ini, tapi saya rasa kurang enak juga dibahas, bisa tambah rumit, jadi lupakan aja ya, maaf” Nah kan enak.
Bagi saya, orang yang suka hapus pesan tanpa konfirmasi itu, seperti ini: pernahkan kita lagi duduk duduk enak, eh dipanggil “Eh sini dulu” udah dia yang butuh kita pula yang suruh datang nyamperin, sewaktu kita udah datang eh dia dengan entengnya mengatakan “nggak jadilah” hmm, gimana coba rasanya?. Karena bisa jadi orang yang kita chat sedang tiduran atau duduk nyaman istirahat, lalu terdengar nada masuk WA, demi ingin melihat dan membalas chat kita, dia rela bangkit dari posisi nyamannya, saat dibuka “pesan ini telah dihapus” Jreengg.

“Tapikan orang muslim harus berlapang dada, sabar, kalau dia merasa marah, itu tandanya imannya tipis.” Nah kan pakai ‘Tapikan’ lagi.
Ini bukan soal urusan si penerima pesan, mengenai dia sabar atau tidak, itu urusan dia. Ini pembahasannya adalah di kitanya, sang pelaku. Mau iman si penerima pesan itu tebal atau tipis ya tetap aja kita harus mengamalkan sebaik baik adab.

Sekian saja dulu ya. Ingat, adab adalah sebuah hal yang utama. Itulah yang membuat orang ber-akhlaq baik lebih istimewa, karena susah dicari, tidak ada ma’had atau lembaga khusus pembentuknya, dan semua orang belum tentu bisa, sekalipun penghafal Qur’an, ahli ilmu (dibalik banyaknya kemuliaan mereka) dan lainnya. Akhlaq baik berasal dari tempahan yang cukup lama. 

Mohon maaf atas banyaknya kesalahan dalam tulisan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.